SMKN5BATAM.SCH.ID– Menjadi seorang pimpinan tidaklah mudah. Selain kemampuan manajerial yang mumpuni, seorang pemimpin juga diharuskan memiliki sikap yang adil, rasa simpati dan empati yang tinggi. Begitu juga menjadi seorang pimpinan (Kepala Sekolah) di institusi pendidikan. Kepala Sekolah tidak hanya sebatas hubungan pimpinan dan bawahan, tapi lebih dari itu. Kepala Sekolah merupakan tauladan bagi semua guru, tendik dan orang-orang yang bekerja di sekolah yang dipimpin.
Kepala Sekolah juga akan dihadapkan dengan masalah pribadi bawahannya, persoalan kerja, kemampuan bawahannya, menjaga hubungan baik antara Kepala Sekolah dengan bawahan, mengupayakan hubungan baik antar sivitas akademika, dan juga memikirkan kesejahteraan semua guru, tendik, tenaga kebersihan baik secara jenjang karir maupun secara kesejahteraan finansial.
Berdasarkan pengalaman empirik dan menghadapi berbagai persoalan yang ditemui tersebut, maka selaku Kepala Sekolah yang dipercaya sebagai pengelola Institusi Formal pemerintah, maka perlu menerapkan konsep egaliter dalam pergaulan sehari-hari dengan bawahan.
Budaya Indonesia juga menganjurkan agar pimpinan menerapkan konsep egaliter (persamaan derajat) tersebut agar terjalin komunikasi yang baik dan menghilangkan ‘jarak’ antara pimpinan dan bawahan, karena berbeda strata jabatan. Duduk sama rendah, berdiri sama tinggi. Konsep egaliter ternyata ampuh untuk menjaga hubungan harmonis dengan bawahan, dan meminimalisir terjadinya konflik. Dengan adanya penerapan konsep egaliter dalam dunia kepemimpinan, pimpinan bisa berkomunikasi secara luwes, terbuka bersama bawahan, serta bisa mencairkan suasana, sehingga memudahkan untuk saling bertukar pikiran, memecahkan masalah, kritik, oto-kritik, serta saling bertukar informasi. Penerapan konsep egaliter sangat perlu diterapkan agar bisa menjadi pemimpin yang dicintai oleh bawahan, dan tentunya membuat semua orang yang kita pimpin merasa nyaman bekerja dalam menyelesaikan tugasnya.
Raja alim raja disembah. Raja zalim, raja disanggah.